Editor: Erlangga Djumena
AFPilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com - Mata uang rupiah pada Selasa (22/2/2011) pagi melemah akibat aksi ambil untung atau "profit taking" pelaku pasar setelah mencatatkan rally minggu lalu. Kurs mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada Selasa pagi terkoreksi sebesar 17 poin ke posisi Rp 8.877 dibanding sebelumnya yang sebesar Rp 8.860.
Analis Asjaya Indosurya Securities Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan, dollar AS yang selama sepekan ini berada dalam tren "bearish" (pelemahan). "Pelemahan mata uang Asia lainnya terhadap dollar AS menjadi salah satu katalis pelemahan rupiah," kata dia. Ia menambahkan, pergolakan sosial di Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan dapat memberi sentimen negatif pada pasar uang termasuk mata uang rupiah. Investor global akan cenderung memilih porfolionya dalam posisi tunai. "Meskipun demikian, analis tidak melihat lebih banyak ruang penguatan mengingat pasar sudah mengantisipasi hal ini," katanya. Ia mengatakan, pelemahan mata uang dalam negeri ini seiring dengan terkoreksinya indeks harga saham gabungan (IHSG) yang dibuka tertekan. "Kembali maraknya investor melepas saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi salah satu faktor penguatan rupiah," kata dia.
Ia menambahkan, pergolakan anti pemerintah yang tengah meluas di sekitar Afrika Utara dan beberapa negara Timur Tengah mulai mengkhawatirkan dan akan berimbas pada harga minyak yang berfluktuasi. "Fluktuasi harga minyak menjadi cukup tajam, membuat ketidakpastian baru di pasar keuangan global," kata dia. Ia menambahkan, jika kondisi Afrika Utara dan Timur Tengah berkepanjangan secara umum ekonomi global akan terkena imbas tidak baik dari kondisi tersebut.
Sumber : ANT
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar