JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) mencatat perlambatan pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2013 sebesar 7,3 persen
year on year (yoy) dari bulan sebelumnya 8,0 persen yoy.
Dari
angka ini dapat disimpulkan posisi ULN Indonesia pada akhir Juli 2013
tercatat sebesar 259,54 miliar dollar AS. Berdasarkan jangka waktu
pinjaman, komposisi ULN Indonesia banyak didominasi ULN jangka panjang,
yaitu sebanyak 82,3 persen dari total ULN, sedangkan sisanya merupakan
ULN jangka pendek.
Dari sisi komposisi valuta, ULN Indonesia
sebagian besar berdenominasi dollar AS sebanyak 68,2 persen, sedangkan
pinjaman dalam bentuk yen Jepang mencapai 12,5 persen dan sisanya
terdiri dari berbagai jenis valuta.
“Perlambatan pertumbuhan ULN
Indonesia terutama disebabkan oleh pelambatan pertumbuhan ULN Swasta,”
kata Direktur Komunikasi BI Peter Jacobs di Jakarta, Jumat (20/9/2013).
ULN
Swasta pada Juli 2013 tumbuh 9,5 persen yoy, lebih rendah dari
pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 11 persen (yoy), sehingga pada akhir
Juli 2013 tercatat sebesar 133,94 miliar dollar AS.
Sementara
itu, ULN pemerintah tumbuh 5,1 persen yoy, sedikit meningkat
dibandingkan pertumbuhan Juni 2013 sebesar 4,9 persen yoy, sehingga pada
akhir Juli 2013 tercatat sebesar 125,60 miliar dollar AS.
Berdasarkan
jangka waktu, perlambatan ULN swasta dipengaruhi pertumbuhan ULN swasta
jangka pendek yang menurun dari 6,7 persen yoy pada Juni 2013 menjadi
4,0 persen yoy sehingga tercatat 38,5 miliar dollar AS pada Juli 2013.
Posisi
ULN swasta jangka pendek pada Juli 2013 tersebut lebih rendah jika
dibandingkan dengan posisi Juni 2013 sebesar 39,59 miliar dollar AS.
Berdasarkan
kelompok peminjam, ULN Swasta lebih banyak dilakukan oleh korporasi
non-bank yaitu mencapai 111,6 miliar dollar AS atau 83,3 persen dari
total ULN swasta, sedangkan sisanya 22,3 miliar dollar AS merupakan ULN
bank.
Berdasarkan kelompok krediturnya, ULN korporasi non-bank
sebagian berasal dari perusahaan induk dan afiliasinya yang pada akhir
Juli 2013 mencapai 33,4 miliar dollar AS.
Sementara itu, ULN bank
yang berasal dari perusahaan induk dan afiliasinya mencapai 7,9 miliar
dollar AS. Berdasarkan jangka waktunya, ULN korporasi non-bank
didominasi ULN jangka panjang yaitu mencapai 78,6 persen dari total ULN
korporasi non-bank.
Sementara itu, ULN bank umumnya jangka pendek
yaitu 65,7 persen dari ULN bank, yang sebagian besar berbentuk
pembiayaan perdagangan internasional (Bankers’ Acceptance).
Menurut
Peter, komposisi ULN yang didominasi ULN jangka panjang tersebut
menunjukkan, tekanan terhadap rupiah yang berasal dari permintaan dollar
AS untuk pembayaran ULN tidak terlalu besar.
“BI memandang
perkembangan ULN Indonesia tersebut masih cukup sehat dan
berkesinambungan. Perlambatan pertumbuhan ULN Indonesia, khususnya ULN
Swasta, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi nasional. BI akan terus
memonitor perkembangan ULN Indonesia tersebut sehingga tetap dapat
mendukung upaya menjaga ketahanan sektor eksternal,” ungkap Peter.
Editor : Bambang Priyo Jatmik